![]() |
| Buku The Psychology Of Money karya Morgan Housel |
5 Pelajaran Hidup Dari Buku The Psychology Of Money Yang Tidak Diajarkan Di Sekolah
Pernahkah Anda melihat orang yang jenius secara akademis, lulusan universitas ternama, tapi keuangannya berantakan? Sebaliknya, pernahkah Anda mendengar cerita tentang seorang janitor (petugas kebersihan) yang mewariskan ratusan juta saat meninggal?
Jika keuangan adalah ilmu pasti seperti fisika atau matematika, anomali di atas tidak mungkin terjadi. Namun, dalam bukunya yang fenomenal, "The Psychology of Money", Morgan Housel menampar kita dengan satu fakta keras:
"Financial success is not a hard science. It’s a soft skill, where how you behave is more important than what you know." (Kesuksesan finansial bukanlah ilmu pasti. Itu adalah soft skill, di mana cara Anda berperilaku lebih penting daripada apa yang Anda ketahui.)
Buku ini bukan tentang grafik saham yang rumit atau rumus Excel. Buku ini tentang kita emosi, ego, dan bias psikologis kita saat memegang uang. Berikut adalah 5 pelajaran emas dari buku ini yang bisa mengubah cara Anda memandang dompet Anda selamanya.
1. Keberuntungan vs Risiko: Dua Sisi Mata Uang
![]() |
| Keberuntungan vs Risiko: Dua Sisi Mata Uang |
Housel mengingatkan kita untuk tidak terlalu sombong saat sukses, dan tidak terlalu keras pada diri sendiri saat gagal. Mengapa? Karena dunia ini terlalu kompleks untuk dikendalikan 100% oleh tindakan kita.
Ada faktor "Keberuntungan" dan "Risiko" yang bekerja di luar kendali kita.
- Jika Bill Gates tidak bersekolah di satu-satunya SMA di Amerika yang memiliki komputer pada tahun 1968, mungkin Microsoft tidak akan pernah ada. Itu keberuntungan.
- Namun, teman sekelas Bill Gates yang sama pintarnya, Kent Evans, meninggal dalam kecelakaan pendakian sebelum lulus. Itu risiko.
Poin penting: Saat menilai kesuksesan orang lain (atau kegagalan diri sendiri), sadarilah bahwa tidak semua hal tampak seperti aslinya. Fokuslah pada pola umum, bukan studi kasus individu yang ekstrem.
2. Kekuatan "Cukup" (The Power of Enough)
![]() |
| Kekuatan "Cukup" (The Power Of Enough) |
Salah satu bab yang paling menohok adalah tentang Rajat Gupta, mantan CEO McKinsey yang sudah memiliki kekayaan $100 juta, namun masuk penjara karena insider trading hanya untuk mendapatkan lebih banyak uang.
Mengapa? Karena dia tidak memiliki garis batas "Cukup".
Menurut Housel, keterampilan finansial paling sulit adalah menghentikan tiang gawang yang terus bergerak. Jika ekspektasi Anda naik lebih cepat daripada pendapatan Anda, Anda tidak akan pernah merasa kaya.
Sejalan dengan pemikiran Housel, Daniel Kahneman, pemenang Nobel Ekonomi dan penulis Thinking, Fast and Slow, sering menekankan konsep Hedonic Treadmill. Manusia cenderung kembali ke tingkat kebahagiaan yang stabil meskipun ada perubahan besar (positif atau negatif) dalam hidupnya. Artinya, mengejar uang tanpa henti tidak akan menjamin kebahagiaan yang permanen jika kita tidak bisa berkata "cukup".
3. Compounding: Jangan Ganggu Prosesnya!
![]() |
| Compounding: Jangan Ganggu Prosesnya |
Kita semua tahu Warren Buffett kaya. Tapi tahukah Anda bahwa lebih dari 95% kekayaannya didapat setelah ia berusia 65 tahun?
Rahasia Buffett bukanlah dia investor terhebat dalam memilih saham (meskipun dia memang hebat), tapi dia adalah investor yang paling sabar. Dia telah berinvestasi selama tiga perempat abad.
Dalam investasi saham atau reksa dana, waktu adalah sahabat terbaik Anda. Compound interest (bunga berbunga) butuh waktu, bukan sekadar imbal hasil (return) yang besar. Jangan sering keluar-masuk pasar hanya karena panik sesaat.
4. Menabung Tidak Perlu Alasan
![]() |
| Menabung Tidak Perlu Alasan |
Banyak pakar keuangan bilang, "Menabunglah untuk membeli rumah" atau "Menabunglah untuk liburan". Morgan Housel punya pendekatan beda: Menabunglah tanpa alasan.
Hidup itu penuh kejutan. Kita menabung bukan untuk membeli barang, tapi untuk membeli kebebasan dan waktu. Uang di bank adalah hedge (lindung nilai) terhadap hal-hal tak terduga yang pasti akan terjadi di masa depan. Memiliki dana darurat memberi Anda kemewahan untuk tidak harus menerima pekerjaan yang Anda benci, atau menjual aset saat pasar sedang jatuh.
5. Masuk Akal > Rasional
![]() |
| Masuk Akal Lebih Penting Dari Rasional |
Seringkali kita diajarkan untuk menjadi investor yang rasional (seperti robot). Namun, Housel berpendapat bahwa menjadi masuk akal (reasonable) lebih realistis daripada menjadi rasional.
Contoh: Secara matematika (rasional), melunasi KPR lebih cepat mungkin "rugi" karena bunganya murah dan uangnya bisa diputar di instrumen investasi lain dengan return tinggi. Namun, jika melunasi utang membuat Anda tidur nyenyak di malam hari (masuk akal), lakukanlah. Ketenangan pikiran (peace of mind) memiliki nilai yang tidak bisa dihitung dengan kalkulator.
Pesan pentingnya adalah Ubah Mindset, Bukan Hanya Aset
Membaca The Psychology of Money menyadarkan kita bahwa mengelola uang itu 20% soal pengetahuan teknis dan 80% soal perilaku. Anda tidak perlu menjadi lulusan ekonomi untuk kaya. Anda hanya perlu bisa mengendalikan ego, bersabar menunggu compounding bekerja, dan tahu kapan harus berkata "cukup".
Bagi Anda yang merasa investasi itu rumit, buku ini adalah teman duduk yang pas untuk menemani akhir pekan. Bahasanya renyah, babnya pendek-pendek, namun "daging" semua.
Sudahkah Anda mengecek portofolio emosi Anda hari ini?
Temukan tulisan saya lainnya di website saya di:
Kumparan: Artikel Kumparan
Kompasiana: Artikel Kompasiana
Linkedin: LinkedIn Articles
Disclaimer: Tulisan ini adalah ulasan buku dan opini pribadi, bukan saran finansial profesional.


.png)



0 Komentar